Senin, 17 Desember 2007

Cara Wudhu

hpKajian Islam :
Tatacara Berwudhu
oleh : Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin

Cara Wudhu :

Bismillahirrahmanirrahim.

§ Apabila seorang muslim mau berwudhu, maka hendaknya ia berniat di dalam hatinya, kemudian membaca Basmalah, sebab Rasulullah bersabda:
"Tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut nama Allah" (1). Dan apabila ia lupa, maka tidaklah mengapa.

Kemudian disunnahkan mencuci kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali sebelum memulai wudhu (Lihat G.1 )










  • Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya). Lalu menghirup air dengan hidung (mengisap air dengan hidung) lalu mengeluarkannya. (Lihat G.2).










  • Disunnahkan ketika menghirup air di lakukan dengan kuat, kecuali jika dalam keadaan berpuasa maka ia tidak mengeraskannya, karena di-khawatirkan air masuk ke dalam tenggorokan. Rasulullah bersabda:"Keraskanlah di dalam menghirup air dengan hidung, kecuali jika kamu sedang berpuasa". (2) Lalu mencuci muka. Batas muka adalah dari batas tumbuhnya rambut kepala bagian atas sampai dagu (Gambar 3), dan mulai dari batas telinga kanan hingga telinga kiri. (Gambar. 3).












  • Dan jika rambut yang ada pada muka tipis, maka wajib dicuci hingga pada kulit dasarnya. Tetapi jika tebal maka wajib mencuci bagian atasnya saja, namun disunnahkan mencelah-celahi rambut yang tebal tersebut. Karena Rasulullah selalu mencelah-celahi jenggotnya di saat berwudhu. (3) (Lihat G. 4)











  • Kemudian mencuci kedua tangan sampai siku, karena Allah berfirman : "dan kedua tanganmu hingga siku". (4). (Gambar 5).












  • Kemudian mengusap kepala beserta kedua telinga satu kali, dimulai dari bagian depan kepala lalu diusapkan ke belakang kepala lalu mengembalikannya ke depan kepala. (Lihat G. 6).







Setelah itu langsung mengusap kedua telinga dengan air yang tersisa pada tangannya. (Lihat G. 7)








  • Lalu mencuci kedua kaki sampai kedua mata kaki, karena Allah berfirman: "dan kedua kakimu hingga dua mata kaki". (5). Yang dimaksud mata kaki adalah benjolan yang ada di sebelah bawah betis. (lihat G. 8). Kedua mata kaki tersebut wajib dicuci berbarengan dengan kaki.







  • Orang yang tangan atau kakinya terpotong, maka ia mencuci bagian yang tersisa yang wajib dicuci. (Lihat G. 9). Dan apabila tangan atau kaki-nya itu terpotong semua maka cukup mencuci bagian ujungnya saja.










§ Setelah selesai berwudhu mengucapkan : (6)
"Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang bertobat dan jadikanlah aku sebagai bagian dari orang-orang yang bersuci".

§ Ketika berwudhu wajib mencuci anggota-anggota wudhunya secara berurutan, tidak menunda pencucian salah satunya hingga yang sebelumnya kering.

§ Boleh mengelap anggota-anggota wudhu seusai berwudhu.

Sunnah wudhu:


Disunnatkan bagi setiap muslim menggosok gigi (bersiwak) sebelum memulai wudhunya, karena Rasulullah bersabda : (7)
"Sekiranya aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintah mere-ka bersiwak (menggosok gigi) setiap kali akan berwudhu".

Disunnatkan pula mencuci kedua telapak tangan tiga kali sebelum berwudhu, sebagaimana disebutkan di atas (lihat G.1), kecuali jika setelah bangun tidur, maka hukumnya wajib mencucinya tiga kali sebelum berwudhu. Sebab, boleh jadi kedua tangannya telah menyentuh kotoran di waktu tidurnya sedangkan ia tidak merasakannya. Rasulullah bersabda:

"Apabila seorang di antara kamu bangun tidur, maka hendaknya tidak mencelupkan kedua tangannya di dalam bejana air sebelum mencucinya terlebih dahulu tiga kali, karena sesungguhnya ia tidak me-ngetahui di mana tangannya berada (ketika ia tidur). (8)
Disunnatkan keras di dalam menghirup air dengan hidung, sebagaimana dijelaskan di atas.
Disunnatkan bagi orang muslim mencelah-celahi jenggot jika tebal ketika membasuh muka (sebagaiman dijelaskan di muka).

Disunnatkan bagi orang muslim mencelah-celahi jari-jari tangan dan kaki di saat mencucinya, karena Rasulullah bersabda:
"Celah-celahilah jari-jemari kamu". (9)


Mencuci anggota wudhu yang kanan terlebih dahulu sebelum mencuci anggota wudhu yang kiri. Mencuci tangan kanan terlebih dahulu kemudian tangan kiri, dan begitu pula mencuci kaki kanan sebelum mencuci kaki kiri.

Mencuci anggota-anggota wudhu dua atau tiga kali dan tidak boleh lebih dari itu. Namun kepala cukup diusap tidak lebih dari satu kali usapan saja.

Tidak berlebih-lebihan dalam pemakaian air, karena Rasulullah berwudhu dengan mencuci tiga kali, lalu bersabda : (10)
"Barangsiapa mencuci lebih (dari tiga kali) maka ia telah berbuat kesalahan dan kezhaliman".

Hal-hal Yang Membatalkan Wudhu:

Wudhu seorang muslim batal karena hal-hal berikut ini :

§ Keluarnya sesuatu dari qubul atau dubur, baik berupa air kecil atau- pun air besar.

§ Keluar angin dari dubur (kentut).

§ Hilang akalnya, baik karena gila, pingsan, mabuk atau karena tidur yang nyenyak hingga tidak menya-dari apa yang keluar darinya. Adapun tidur ringan yang tidak menghilangkan perasaan, maka tidak membatalkan wudhu.

§ Menyentuh kemaluan dengan tangan dengan syahwat, apakah yang disentuh tersebut kemaluan-nya sendiri atau milik orang lain, karena Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa yang menyentuh kemaluannya hendaklah ia berwudhu".(11)

§ Memakan daging unta, karena ketika Rasulullah ditanya: "Apakah kami harus berwudhu karena makan daging unta? Nabi menjawab : Ya." (12)
- Begitu pula memakan usus, hati, babat atau sumsumnya adalah membatalkan wudhu, karena hal tersebut sama dengan dagingnya.
- Adapun air susu unta tidak membatalkan wudhu, karena Rasulullah SAW pernah menyuruh suatu kaum minum air susu unta dan tidak menyuruh mereka berwudlu sesudahnya. (13)
- Untuk lebih berhati-hati, maka sebaiknya berwudhu sesudah minum atau makan kuah daging unta.

Hal-hal yang haram dilakukan oleh yang tidak berwudhu:

Apabila seorang muslim berhadats kecil (tidak berwudhu), maka haram melakukan hal-hal berikut ini:

§ Menyentuh mushaf Al-Qur'an, karena Rasulullah mengatakan di dalam suratnya yang beliau kirimkan kepada penduduk negeri Yaman :(14)
"Tidak boleh menyentuh Al-Qur'an selain orang yang suci".
Adapun membaca Al-Qur'an dengan tidak menyentuhnya, maka hal itu boleh dilakukan oleh orang yang berhadats kecil.

§ Mengerjakan shalat. Orang yang berhadats tidak boleh melakukan shalat kecuali setelah berwudhu terlebih dahulu, karena Rasulullah bersabda: (15)
"Allah tidak menerima shalat yang dilakukan tanpa wudhu".
- Boleh bagi orang yang tidak berwudhu melakukan sujud tilawah atau sujud syukur, karena keduanya bukan merupakan shalat, sekalipun lebih afdhalnya adalah berwudhu sebelum melakukan sujud.

§ Melakukan thawaf. Orang yang berhadats kecil tidak boleh melakukan thawaf di Ka`bah sebelum berwudhu, karena Rasulullah telah bersabda :
"Thawaf di Baitullah itu adalah shalat". (16)
Dan juga karena Nabi berwudhu terlebih dahulu sebelaum melakukan thawaf.
(17)

Catatan Penting:

Untuk berwudhu tidak disyaratkan mencuci qubul atau dubur terlebih dahulu, karena pencucian keduanya dilakukan sehabis buaang air, dan hal tersebut tidak ada hubungannya dengan wudhu.
Wallahu a`lam, wa shallallahu `ala nabiyyina Muhammad wa `ala alihi washahbihi wa sallam





Potret kehidupan Rakyat Irak

Potret Kehidupan Rakyat Irak yang Kian Suram

Warga Irak hampir putus asa dan sudah merasa bosan. Kekerasan terus mencuat. Mayoritas mereka menyesali perubahan yang terjadi di negaranya itu. Sebagian dari mereka berandai-andai, jarum jam kembali ke belakang ketika mereka masih di bawah rezim Saddam. Warga Irak kerapkali membandingkan kezaliman dan kepongahan saat Saddam berkuasa, masih lebih baik ketimbang realita yang terjadi sekarang ini.

Rakyat Irak pernah merasa optimis bahwa jalan keluar dari persoalan mereka, berada di tangan orang-orang Amerika. Perasaan itu muncul akibat rasa putus asa yang menyergap bangsa Irak dan anggapan bahwa rezim Saddam akan tetap ada dan terus ada sampai tibanya seorang penguasa baru. Tapi, selama masih ada intelejen-intelejen yang kuat dan cengkraman yang kukuh, berarti masih ada politik pedang dan pembunuhan (iming-iming dan teror). Dan mereka yang menyadari akan bahaya aneksasi AS lenyap dan muncul pertanyaan: jadi apa solusinya?

Warga Irak kini tenggelam dalam kebingungan. Awalnya, mereka meyakini kehadiran pasukan koalisi AS ke negeri itu akan memberi jalan keluar. Mereka begitu bersemangat, membayangkan kondisi rakyat Irak dalam sebuah perubahan dan bagaimana mereka akan menyongsong masa depan baru. Harapan akan kemerdekaan, demokrasi dan persaudaraan bagi setiap bangsa Irak pun bersinar.

Lalu datanglah pasukan besar, mereka membombardir tanpa henti, pesawat-pesawat yang menjejali langit Irak, menghancurkan zona-zona pemukiman yang aman serta semua tempat-tempat pelayanan bagi warga Irak. Militer AS menjadikan bandara Baghdad sebagai tempat lepas landasnya. Saat itu, tak ada rasa takut dibenak warga Irak terhadap apa yang terjadi setelah tibanya pasukan besar AS itu.

Lalu, keadaan berubah, aset kekayaan mulai dijarah. Pertama, peradaban Irak yang dijarah, museum-museum peninggalan sejarah, penghancuran semua kantor departemen kecuali departemen perminyakan yang dijaga oleh pasukan penyerang. Mereka menghancurkan instalansi-instalansi energi, air dan infrastruktur.

Militer Irak yang telah berusia 70 tahun tidak berfungsi karena dibubarkan. Padahal, di dalamnya terdapat lebih dari satu juta prajurit dan perwira, yang banyak diantaranya merupakan alumni Akademi Militer Sandhurst Inggris yang kesohor di dunia itu, dan alumnus dari pusat pelatihan militer Montgomery.

Kini Irak dalam kekacauan politik dan sosial. Semuanya menuntut sebuah solusi dan berteriak: di manakah saya dan di mana posisi saya dalam situasi seperti ini?

Dalam iklim gelap ini mencuatlah kelompok-kelompok aliran dan rasis yang memanfaatkan kesempatan. Mulailah bermunculan suara "Kami dianiaya. Kami ingin hak kami. Dan orang-orang lain yang zalim harus dihukum setimpal.” Dahulu, Saddam secara sengaja berpihak ke kelompok yang kebanyakan dari wilayah barat Irak dan perwira-perwira partisannya. Saddam mendzalimi warga di Selatan, menjarah aset kekayaannya dan tak mendistribusikan kekayaan minyak itu secara adil ke seluruh provinsi.

Sekarang, warga Irak pun bertanya, di manakah kebaikan yang diharapkan bangsa Irak dari kehadiran AS. Sama sekali tak ada kemaslahatan bagi bangsa Irak kecuali mewujudkan strategi perminyakan dan pembentukan rezim-rezim penengah yang akan melayani kepentingan-kepentingan AS di dunia yang beririsan dengan ambisi-ambisi Zionis internasional untuk mewujudkan mimpi mereka yang didengung-dengungkan, dari Euphrat sampai Nil (Israel Raya).

Para pemimpi itu duduk-duduk di atas bukit reruntuhan perang dan di atas kerusakan-kerusakan yang menyebar di pelosok Irak. Mayat-mayat anak-anak dan famili mereka berserakan di trotoar-trotoar jalan di kota-kota yang ditimpa serangan-serangan AS, seperti kota ash-Shadr, Najef, al-Asyraf, Ummu al-Maadzin, Fallujah, ar-Ramadi, al-Qaim, Tel’afr, dan banyak kota-kota lainya yang ditimpa serangan secara barbar.

Harapan rakyat Irak bahwa mentari kemerdekaan akan bersinar dengan tibanya para pembebas, tegaknya demokrasi, terhindarnya Irak dari aliran sektarian, rasis, separatis yang dipelihara oleh Saddam Hussein,
terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-har berupa air, listrik, pelayanan kesehatan, surplus barang, rasa aman dan stabilitas keamanan, serta adanya perubahan yang akan mengantarkan rakyat Irak pada transisi yang bermutu, politis dan beradab, tidak ada satupun yang terwujud.

Apa yang rakyat Irak dapatkan setelah datangnya pasukan penjarah AS, sungguh bertolak belakang dengan harapan mereka.

Aset kekayaan dan peradaban Irak yang usianya 7.000 tahun dijarah, sumber-sumber listrik dihancurkan, pemutusan aliran listrik jadi lebih sering terjadi ketimbang pada masa lalu, pelayanan kesehatan turun drastis, sampai operasi di rumah sakit dilakukan tanpa dibius, terputusnya air minum bagi sebagian besar penduduk Baghdad, air berat (bahan bom) menggenangi jalan-jalan dan kampung-kampung dan sebagian bercampur dengan air minum, dan puluhan contoh lainnya yang membuat bangsa Irak menderita.

Pada akhirnya, rakyat Irak menolak keberadaan orang asing di Irak meski mereka menyerukan slogan-slogan demokrasi dan memberi janji adanya perbaikan keamanan dan kehidupan.

Irak masa kini sangat kontradiksi, rakyat negara 1001 malam ini hidup diantara kenyataan dan harapan. Irak masa kini terkungkung dengan masalah-masalah bencana, dan yang paling utama adalah masalah stabilitas keamanan. Pembunuhan dan penculikan menjadi persoalan yang mengkhawatirkan.

Apakah orang-orang asing itu dapat terus memaksakan slogan-slogannya kemerdekaan dan demokrasinya? Sampai kapan media massa mampu meyakinkan slogan-slogannya untuk sampai pada kondisi lebih baik? Kenyataan yang terjadi, semuanya berjalan lebih buruk dari sebelumnya. (ilyas/middleeastonline)

Untuk Umum

Kimia Seks & Jatuh Cinta ...



Oleh: DR. Naek L Tobing, Seksolog di Jakarta

Apakah seseorang harus jatuh cinta dulu, baru berhubungan seksual, atau justru hubungan seksual yang membuat seseorang jatuh cinta?

Jangan biarkan dahi Anda terus berkerut. Karena seperti cinta, kimia seks memang menyimpan banyak pertanyaan, dan tentu saja, misteri.

Ayu (bukan nama sebenarnya) baru saja diterima jadi mahasiswi sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Jakarta. Sesudah selesai ospek, seorang teman mengundang Ayu ke pesta ulangtahun-nya di sebuah café. Ayu pergi bersama seorang teman yang datang ke lokasi pesta bersama dengan pacarnya. Pacar sang teman kebetulan mengajak serta seorang cowok, sebut saja namanya Anto. Anto kemudian dipasangkan secara mendadak dengan Ayu. Anto sendiri sudah lama mengincar Ayu. Beruntunglah itu ada kesempatan bertemu. Mereka berempat lalu pergi ke café. Di sana mereka berajojing sepuasnya, kemudian berdansa, dan satu saat, berpelukan dengan mesra. Saat itulah, Anto memuji kecantikan Ayu setinggi angit. Ayu juga diagungkan sebagai gadis hebat, pintar, sambil tetap bergoyang-goyang. Anto bahkan memegang tangan Ayu sekali-sekali. Suatu ketika, saat musik melambat, tiba-tiba Anto mencium Ayu. Peristiwa itu terulang berkali-kali.

Ayu tidak mampu menolak, walau alam pikirnya mengatakan tidak boleh! Malam itu juga, Anto mengantar Ayu pulang. Karena sudah larut, orang rumah pun sudah tidur semua, mereka jadi bebas melakukan apa saja, Di daam rumah, sekali lagi mereka berciuman dengan penuh nafsu. Kehangatan itu berlanjut sampai kamar tidur, lalu diakhiri dengan melakukan hubungan seksual. Sama sekali Ayu tidak mampu menolak, karena benar-benar sudah lemas oleh gairah. Bahkan dia bilang, saat itu kondisinya seperti tidak sadar. Satu bulan kemudian, Ayu terlambat haid. Karena takut, Ayu memberi tahu ibunya, yang langsung membawa anak gadisnya itu ke dokter. Benar, Ayu hamil bersamaan dengan hilangnya Anto.

HILANGNYA AKAL SEHAT
Benar-benar sulit dimengerti, mengapa Ayu begitu gampang tergoda? Padahal Anto adalah pria yang baru saat itu dikenalnya.

Saat mereka berdansa, Ayu tahu mereka tidak boleh berciuman. Namun, mengapa dia seperti tidak memiliki kekuatan untuk menolak, sampai akhirnya terjadi hubungan seksual yang terlarang itu? Nah, itulah yang namanya kimia seks! Wanita menangkap stimulasi seks melalui telinga dan sentuhan di permukaan tubuh.

Saat Anto memuji dan merayu terus-menerus, Ayu sudah merasa bergairah. Ketika tangannya disentuh dan diremas, lalu mereka berciuman, gairah Ayu makin meningkat, sampai-sampai dia merasa tubuhnya seperti lunglai. Itulah hasil dan reaksi kimia seks yang keluar dan otak, bila wanita mendapat stimulasi melaui indera pendengaran (tehnga) dan peraba (sentuhan).

Akibat bekerjanya mekanisme kimia seks itu, tubuh Ayu sampai bergetar karena terangsang. Keluar lubrikasi di vagina, dan keinginan melakukan hubungan seksual tak tertahankan lagi, hingga akhirnya membuatnya tunduk pada nafsu dan kehendak Anto.

Jenis senyawa dalam reaksi kimia seks itu sendiri bermacam-macam, antara lain dopamine, nitric oxide, oxytocine, adrenocorticotropic hormone (ACTH), dan melanocyte-stimulating hormone (MSH). Saat timbul stimulasi seks, senyawa kimia seks tadi keuar memborbardir seluruh jaringan saraf, di permukaan tubuh dan organ-organ seks.

Seluruh permukaan tubuh terasa nikmat. Ketika berpegangan, ujung-ujung jari juga menjadi sensitif terhadap sentuhan seksual, sehingga ikut menangkap kenikmatan. Pembuluh darah di daerah organ seks, seperti pembuluh darah pada penis pria, mengalami dilatasi (pelebaran) sehingga penis membesar dan ereksi.

Pada wanita juga terjadi pelebaran pembuluh darah sehingga organ vagina mengalami pembengkakan (oedem) dan keluarlah cairan lubrikasi. Kadang-kadang otot-otot vagina pun berkontraksi (nyut-nyut). Dalam keadaan seperti ini, manusia akan merasakan kenikmatan luar biasa sampai dapat menghilangkan pikiran sehat.

Seperti pada kasus Ayu, dia tidak sadar bahwa proses kimia seks dalam otaknya sudah bekerja dalam waktu yang cukup lama dan intens. Mulai saat berdansa, sehingga akhirnya dia mengalami gairah luar biasa, sehingga otaknya bagai tidak bekerja lagi. Dia hanya tunduk pada kenikmatan seks yang diberikan Anto kepadanya.

Pada pria, keadaannya kurang lebih sama. Bedanya, indera utama penerima stimulasi seks pria bukan pendengaran (telinga) atau peraba (kulit), tetapi penglihatan (mata). Mata pria sangat cepat dan sensitit terhadap stimulasi seks. Bila seorang pria melihat wanita cantik dengan gerakan bibir menggairahkan, apalagi melihat payudara bergerak-gerak, senyawa kimia seks tadi langsung keluar dari otak dan penis cepat berereksi.

Kadang, melihat pinggul wanita bergoyang saja, lelaki muda sudah bergairah. Istimewa lagi bila melihat paha yang terbuka, lalu terjadi percakapan dan pihak wanita terkesan merayu atau memancing. Ditambah wewangian yang tercium harum, pria bisa langsung terhanyut ke alam antah berantah.

Sekiranya si wanita meminta sesuatu kepadanya, si pria niscaya akan mengabulkannya. Persis seperti kerbau dicucuk hidung. Sekali lagi, yang bekerja di situ adalah proses kimia seks yang menyalurkan impuls ke penis dan permukaan tubuh. Penis mengalami ereksi dan semua permukaan tubuh merasakan nikmat seksual.

BADAN PANAS DINGIN
Lain lagi kasus yang menimpa Johan (38), lelaki dengan dua anak. Sebelum huru-hara, rumah tangga mereka sungguh sangat berbahagia.

Suatu waktu, ia didatangi seorang sales girl nan cantik jelita. Mulanya, mereka hanya ngobrol. Keduanya cepat akrab.

Cara bicara si wanita seperti mengundang. Akhirnya, Johan mengajaknya makan di restoran sebuah hotel terdekat. Tanpa sadar, tahu-tahu mereka sudah berada di kamar hotel. Pertemuan itu akhirnya berujung pada hubungan seksual.

Satu minggu kemudian, peristiwa serupa terulang dan terulang lagi. Pada pertemuan ke
lima, dengan tenang si wanita memberi tahu bahwa dia terlambat haid.

Saat itulah terbuka informasi, si wanita ternyata seorang janda tanpa anak. Dia bersikukuh ayah si bayi yang dikandungnya anak Johan. Seketika wajah Johan memucat. Dia minta supaya kandungan si wanita itu digugurkan, tetapi pasangan selingkuhnya itu menolak, dengan alasan janin itu darah dagingnya. Dia malah minta dinikahi, agar bisa meneruskan kehamilannya. Sejak pertemuan itu, Johan stres berat.

Si wanita mengancam, bila tidak ada penyelesaian dalam waktu singkat, dia akan melaporkan kasus itu kepada bos Johan di kantor. Juga kepada ketua RT-RW, kepada ketua RT-RW, dan tentu saja, istri Johan. Keruan saja, Johan makin bingung, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dunia bakal kacau balau. Sesudah berulang-ulang dipikirkan, akhirnya Johan menyerah kemudian mengambil keputusan lebih baik memberi tahu istrinya. Apa pun tindakan istri nanti, terserahlah. Dia tidak sanggup lagi melawan wanita itu sendirian. Beruntung, istri Johan, bersedia memaafkannya. Mereka juga bertekad menghadapi persoalan itu bersama-sama.

Runding punya runding, akhirnya si wanita bersedia menerima ganti rugi sejumlah uang. Persoalan pun selesai

TAK SADAR TERANGSANG
Dari dua kasus di atas terlihat jelas, adanya godaan singkat membuat kimia seks bekerja, sehingga otak tidak bekerja normal lagi. Risiko pun tidak lagi dihitung-hitung.

Kondisi seperti itu jelas ada bahayanya. Bagi orang-orang muda yang tidak berpengalaman, bertemu dengan orang jahat dan penuh akal, serta mampu mempermainkan kimia seks sungguh berbahaya. Ujung-ujungnya, wanita jadi hamil atau dipermainkan. Sementara pria diperas, tertuar beragam penyakit seksual, dan macam-macam lagi.

Yang menarik, wanita yang bergairah karena rayuan pria atau pria yang tergoda kecantikan wanita, tidak menyadari jika dia sedang bergairah atau terangsang seksual. Yang dirasakan ialah rasa jatuh cinta yang hebat. Tidak bisa lupa siang malam. Sekiranya “korban” menyadari sedang terangsang, besar kemungkinan dia akan menahan diri. Tetapi begitulah, jatuh cinta terasa begitu indah.

Pada orang-orang muda yang belum menikah, jatuh cinta itu bahkan terasa suci. ltulah cinta buta, yang membuat dirinya terjebak bila kebetulan orang yang dicintai ternyata mempunyai niat jahat dan sebenarnya tidak cocok menjadi pasangannya.

Sebaiknya, reaksi kimia seks yang terjadi diimbangi dengan pemikiran sehat, antara lain ada upaya menilai kecocokan serta sifat dan perilaku calon pasangan.

Pada orang-orang muda, inilah permulaan pacaran yang cocok atau perkawinan yang bahagia. Selain orangnya cocok, gairah antarkeduanya juga hebat. Stimulasi seks yang melahirkan semburan proses kimia seks di dalam otak, bekerja maksimal pada permulaan. Lama-kelamaan, bila pertemuan telah sering terjadi, maka biasanya kekuatannya akan menurun dan pikiran akan bekerja normal.

Terjadilah penilaian kembali. Bila cocok, perasaan akan senang. Tetapi bla tidak cocok, timbul penyesalan bahkan percekcokan terus-menerus atau pemutusan hubungan (perceraian).

Demikian juga yang terjadi pada tahap perkawinan, reaksi kimia seks terjadi juga. Namun, makin lama makin sedikit reaksi kimia seksnya.

Bahkan bila suami-istri cekcok atau satu sama lain tidak saling suka lagi, proses kimia seks bisa saja tidak timbul lagi. Seks jadi dingin serta libido tidak ada, sehingga hubungan seksual menjadi jarang sekali. Ada pula pasangan-pasangan yang sudah agak tua dengan libido yang sudah sangat kecil, menyatakan bahwa mereka jadi seperti saudara.

Itu sebabnya, dalam perkawinan, reaksi kimia seks harus diusahakan tetap timbul dalam otak. Caranya sederhana, upayakan stimulasi yang kuat pada pasangan. Istri harus berusaha cantik seperti dulu, waktu suaminya jatuh cinta kepadanya. Suara atau nada bicara, zat-zat yang mengeluarkan wangi harus pas dengan selera suami, sehingga suami sedikit banyak mengeluarkan senyawa kimia seks, lalu bergairah.

Sebaliknya, suami perlu memberi rayuan yang cocok, sentuhan yang menghanyutkan yang bisa membuat istri tetap bergairah. Di samping itu, perlu pula berbagai variasi dalam kontak seksual, suasana, maupun tempat. Dengan demikian diharapkan stimulasi sering diperbaharui, mulai dengan tampilan dan berbagai variasi lainnya.

Bila hal itu bisa dilakukan, maka kehangatan cinta antara suami-istri akan tercapai sampai kakek-nenek.*

Etika membaca Al-quran

Etika Dalam Membaca Al-Quran

1. Sebaiknya seorang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan sudah berwudhu, suci pakaiannya, badannya dan tempat-nya serta telah bergosok gigi.

2. Sebaiknya memilih tempat yang tenang dan waktunya pun pas, karena hal tersebut lebih dapat konsentrasi dan jiwa lebih tenang.

3. Hendaknya memulai tilawah dengan ta`awwudz, kemudian basmalah pada setiap awal surah selain selain surah At-Taubah. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: “Apabila kamu akan mem-baca al-Qur’an, maka memohon perlindungan-lah kamu kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk”. (An-Nahl: 98).

4. Hendaknya selalu memperhatikan hukum-hukum tajwid dan membunyikan huruf sesuai dengan makhrajnya serta membacanya dengan tartil (perlahan-lahan). Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: “Dan Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan”. (Al-Muzzammil: 4).

5. Disunnatkan memanjangkan bacaan dan memperindah suara di saat membacanya. Anas bin Malik Radhiallaahu anhu pernah ditanya: Bagaimana bacaan Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam (terhadap Al-Qur’an? Anas menjawab: “Bacaannya panjang (mad), kemudian Nabi membaca “Bismillahirrahmanirrahim” sambil memanjangkan Bismillahi, dan memanjangkan bacaan ar-rahmani dan memanjangkan bacaan ar-rahim”. (HR. Al-Bukhari). Dan Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam juga bersabda: “Hiasilah suara kalian dengan Al-Qur’an”. (HR. Abu Daud, dan dishahih-kan oleh Al-Albani).

6. Hendaknya membaca sambil merenungkan dan meng-hayati makna yang terkandung pada ayat-ayat yang dibaca, berinteraksi dengannya, sambil memohon surga kepada Allah bila terbaca ayat-ayat surga, dan berlindung kepada Allah dari neraka bila terbaca ayat-ayat neraka. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pela-jaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Shad: 29). Dan di dalam hadits Hudzaifah ia menuturkan: “......Apabila Nabi terbaca ayat yang mengandung makna bertasbih (kepada Allah) beliau bertasbih, dan apabila terbaca ayat yang mengandung do`a, maka beliau berdo`a, dan apabila terbaca ayat yang bermakna meminta perlindungan (kepada Allah) beliau memohon perlindungan”. (HR. Muslim). Allah berfirman yang artinya: "Hendaknya mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan baik dan diam, tidak berbicara. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: “Dan apabila Al-Qur’an dibacakan, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu men-dapat rahmat”. (Al-A`raf: 204).

7. Hendaklah selalu menjaga al-Qur’an dan tekun mem-bacanya dan mempelajarinya (bertadarus) hingga tidak lupa. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Peliharalah Al-Qur’an baik-baik, karena demi Tuhan yang diriku berada di tangan-Nya, ia benar-benar lebih liar (mudah lepas) dari pada unta yang terikat di tali kendalinya”. (HR. Al-Bukhari).

8. Hendaknya tidak menyentuh Al-Qur’an kecuali dalam keadaan suci. Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman yang artinya: “Tidak akan menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan”. (Al-Waqi`ah: 79).

9. Boleh bagi wanita haid dan nifas membaca al-Qur’an dengan tidak menyentuh mushafnya menurut salah satu pendapat ulama yang lebih kuat, karena tidak ada hadits shahih dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam yang melarang hal tersebut.

10. Disunnatkan menyaringkan bacaan Al-Qur’an selagi tidak ada unsur yang negatif, seperti riya atau yang serupa dengannya, atau dapat mengganggu orang yang sedang shalat, atau orang lain yang juga membaca Al-Qur’an.

11. Termasuk sunnah adalah berhenti membaca bila sudah ngantuk, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “
ءpabila salah seorang kamu bangun di malam hari, lalu lisannya merasa sulit untuk membaca Al-Qur’an hingga tidak menyadari apa yang ia baca, maka hendaknya ia berbaring (tidur)”. (HR. Muslim).

(Dikutip dari Judul Asli Al-Qismu Al-Ilmi, penerbit Dar Al-Wathan, penulis Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz, versi Indonesia Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari

Ciri Khusus dan sifat Ahlus sunah Wal Jamaah

Ciri Khusus Dan Sifat Utama Ahlus Sunnah Wal Jama'ah

Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah golongan yang selamat dan kelompok yang dimenangkan oleh Allah. Sekalipun ada perbedaan tingkat di antara mereka namun mereka mempunyai ciri-ciri khusus dan sifat-sifat utama yang membuat mereka berbeda dari golongan lain. Antara lain:

[1]. Memberikan perhatian kepada Kitab Allah dalam bentuk hafalan, bacaan dan tafsiran. Di samping itu juga memberikan perhatian kepada hadits dalam bentuk pengertian, pemahaman dan pemilahan yang shahih dari yang dha'if. Ini disebabkan karena keduanya merupakan sumber utama pengambilan dan dengan disertai pengamalan ilmu yang diperolehnya.

[2]. Masuk ke dalam Islam secara menyeluruh dan iman kepada semua isi Kitabullah, yaitu mengimani seluruh nash yang berkenaan dengan janji maupun ancaman Allah, nash yang berkenaan dengan penetapan asma dan sifat Allah maupun yang berkenaan dengan penolakan hal-hal yang tidak patut bagiNya. Mengimani takdir Allah serta menetapkan bahwa makhluk mempunyai keinginan dan kehendak dan Dia-lah yang berbuat, sebagaimana mereka memadukan antara ilmu dengan ibadah, kekuatan dengan kasih sayang, di samping itu juga mau berusaha dan bekerja tetapi tetap sederhana.

[3]. Mengikuti sunnah,meninggalkan bid'ah dan menjauhkan diri dari perpecahan dan perselisihan dalam agama islam.

[4]. Mencontoh dan mengikuti jejak para tokoh kebenaran yang dapat dipercaya. Yang dicontoh adalah suru teladannya dalam ilmu, amal dan dakwah. Para tokoh kebenaran itu adalah para shahabat serta orang-orang yang mengikuti manhajnya. Di samping itu juga menjauhi orang-orang yang menyalahi jalan mereka.

[5]. Mengambil jalan tengah, baik dalam pemahaman aqidah maupun dalam amal serta tindak tanduk.; Berada di antara golongan yang berlebihan dan golongan yang melalaikan; berada di antara orang-orang yang melampau batas dan orang-orang yang bermalas-malasan.

[6]. Senantiasa menajaga kesatuan sikap umat Islam ata al-haq dan mempersatukan barisannya atas tauhid dan ittiba' (mengikuti sunnah). Di samping itu juga menjauhkan setiap faktor yang dapat menyebabkan pertentangan dan perselisihan di antara umat. Tidak memiliki keistimewaan atas umat dalam prinsip-prinsip agama, kecuali dengan sebutan sunnah wal jama'ah. Tidak memihak serta tidak memusuhi selain atas ikatan Islam dan Sunnah.

[7]. Berda'wah kepada Allah, beramar ma'ruf nahi munkar, berjihad, menghidupkan sunnah, berusaha untuk tajdid [1] agama serta menegakkan syari'at dan hukum Allah dalam segala urusan yang kecil maupun besar.

[8]. Bersikap adil dan bijaksana dan senantiasa memperhatikan hak Allah Ta'ala, bukan hak pribadi atau golongan. Oleh karena itu mereka tidak bersikap berlebihan terhadap orang yang memihak dan tidak pula berlaku zalim terhadap orang yang memusuhinya. Mereka tidak mengingkari kebaikan yang datang dari siapa saja.

[9]. Kesatuan dalam pemahaman dan kesamaan dalam pandangan, sekalipun berjauhan tempat dan berbeda zman. Inilah salah satu hasi dari kesatuan sumber dan pengambilan.

[10]. Berbuat baik, berkasih sayang, dan sopan santun terhadap seluruh umat manusia.

[11]. Ikhlas dan setia kepada Allah, Kitabullah, Rasulullah, pemimpin umat Islam dan seluruh kaum muslimin.

[12]. Memperhatikan urusan umat Islam, membela kepentingannya dan melaksanakan hak-haknya.
Mereka tidak melakukan tindakan menyakiti umatnya.

Kunci Sukses Dalam Bergaul

Kiat Bergaul Yang Baik Dalam Islam
Jumat, 09 September 05

Ikhlash Kunci Sukses dalam Bergaul

Bergaul dengan orang lain hendaknya didasari dengan keinginan dan niat yang benar. Kecintaan dan kebencian terhadap mereka; Melakukan sesuatu atau membiarkannya; Dan berbuat sesuatu atau tidak, jika dilakukan karena Allah subhanahu wata’ala dan di atas keyakinan menjalankan perintah Allah subhanahu wata’ala, maka kita akan memperoleh kebahagiaan ketika bergaul dengan siapa saja.

Berkaitan dengan ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah menyebutkan dengan ungapan yang indah "Kebahagiaan dalam bergaul dengan orang akan diraih jika engkau bergaul dengan mereka karena Allah, engkau mengharapkan ridha Allah dan tidak mengharapkan ridha mereka, engkau takut kepada Allah dan tidak takut kepada mereka, engkau berbuat baik kepada mereka karena mengharap pahala dari Allah dan tidak balasan dari mereka, engkau tidak menzhalimi mereka karena takut kepada Allah dan tidak takut kepada mereka. Sebagaimana disebutkan juga di dalam sebuah atsar, "Berharaplah pahala kepada Allah dalam urusan manusia, dan jangan berharap balasan kepada manusia dalam urusan Allah. Takutlah pada Allah dalam urusan manusia dan jangan takut kepada manusia dalam urusan Allah."

Maksudnya adalah,”Janganlah engkau melakukan suatu bentuk ibadah dan pendekatan diri kepada Allah subhanahu wata’ala karena mereka, menginginkan pujian mereka, dan karena takut kepada mereka, namun berharaplah balasan dari Allah. Dan janganlah takut kepada manusia dalam urusan Allah, baik dalam hal yang engkau kerjakan atau yang engkau tinggalkan. Bahkan kerjakan apa saja yang telah diperintah kan kepadamu meskipun mereka membencinya.”
Ketika Bertemu dengan Orang

Seseorang akan sering bertemu dengan orang lain, baik di masjid, di jalan, di tempat kerja, di rumah atau tempat-tempat lainnya. Bagaimana seharusnya sikap dia manakala berjumpa dengan seseorang? Para Salaf telah memberikan suri teladan yang sangat agung berkenaan dengan hal ini.

Abdur Rahman bin Mahdi berkata, "Disebutkan bahwa jika seseorang bertemu dengan orang lain yang lebih tinggi ilmunya, maka itu adalah hari ghanimah baginya (untuk mengambil ilmunya, red), dan jika bertemu dengan orang yang semisal (setingkat), maka ia belajar bersama dan belajar juga darinya, jika bertemu dengan yang di bawahnya, maka ia bersikap tawadhu' (rendah hati) dan mengajarinya. (Lihat, Siyar A’lam an-Nubala’ 9/203)

Menyikapi Orang yang Keliru dalam Mencari Kebenaran.

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya;
“(Mereka berdo’a), "Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (QS. 2:286)

Syaikhul Islam berkata, "Tidak diragukan lagi bahwa orang yang mencari kebenaran yang bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian dia salah dalam sebagiannya, maka Allah subhanahu wata’ala akan mengampuni kesalahannya, sebagai realisasi dari do’a yang dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk Nabi-Nya dan orang-orang mukmin, ketika mereka mengatakan, artinya, "Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah." (QS. 2:286) (Lihat, Dar’u Ta’arudl Bainal Aqli wan Naqli, 2/103)

Maka apabila ada seseorang yang telah berijtihad untuk mencari kebenaran yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian dia salah dalam ijtihadnya, maka dia diampuni berdasarkan ayat tersebut di atas. Demikian juga jika seorang alim telah mengerahkan kemampuannya untuk mencari kebenaran yang bersumber dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian dia salah dalam sebagian masalah i'tiqad (keyakinan), maka dia tidak divonis dengan bid'ah dan tidak dihajr (dikucilkan/ditinggalkan) disebabkan kesalahannya. Meskipun ucapan atau pendapatnya adalah ucapan yang bid'ah, namun itu tidak mengharuskan dia divonis mubtadi' (ahli bid'ah). Sebagaimana terhadap ucapan kufur, tidak mengharuskan pengucapnya divonis kafir, maka demikian juga tidak mengharuskan divonis sebagai pelaku bid'ah bagi orang yang mengucapkan perkataan bid'ah, kecuali jika syarat-syarat telah terpenuhi dan tidak ada lagi faktor penghalang jatuhnya vonis tersebut. (Lihat al-Fatawa 28/233-234)

Oleh karena itu seorang ulama yang sudah dikenal kebaikannya dan kesungguhannya di dalam mencari kebenaran, kemudian dia keliru dalam satu masalah tertentu dan terjerumus dalam satu kebid'ahan, maka tidak boleh kita katakan sebagai pelaku bid'ah. Kita jelaskan bahwa beliau salah dalam hal tersebut, atau dalam masalah itu dia mencocoki firqah fulaniyah (kelompok tertentu), namun dia bukan golongan mereka dan juga tidak memegang keyakinan mereka .

Namun demikian, meskipun dia dimaafkan, karena telah berusaha maksimal mencari yang benar, kita tetap mengatakan bahwa pendapatnya adalah keliru atau bid'ah, lalu kita harus meninggalkan pendapat tersebut dan mengambil pendapat para ulama lainnya yang lebih selamat. Berbeda halnya dengan orang yang mengambil agamanya dari selain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka orang tersebut adalah seorang mubtadi' (pelaku bid’ah) dalam pengambilan sumber, dalam ucapan dan i’tiqad (kayakinan).

Imam Adz-Dzahabi mengatakan, "Kami mencintai sunnah dan ahlinya, kami mencintai orang alim dalam hal yang mengikuti sunnah dan perkara-perkara yang terpuji. Dan kami tidak mencintai segala sesuatu yang diada-adakan berdasarkan ta'wil yang salah, dan penilaian adalah dengan banyaknya kebaikan." (Lihat, Siyar a’lam an Nubala’ 20/46)


Menggunjing Orang Lain adalah Penyakit dan Menyebut Allah adalah Obat

Ibnu Aun berkata, "Menyebut aib orang lain adalah penyakit, sedangkan menyebut Allah subhanahu wata’ala adalah obat."

Imam Adz-Dzahabi memberikan komentar, "Benarlah demi Allah, namun sungguh mengherankan karena kebodohan kita, mangapa di antara kita meninggalkan obat dan lebih asyik dengan penyakit? Padahal Allah subhanahu wata’ala telah befirman, artinya,
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 152)
“Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaan nya dari ibadat-ibadat yang lain).” (QS. 29:45)
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. 13:28) (Siyar a’lam an-Nubala’6/369)

Dan juga amat banyak ayat-ayat yang memerintahkan kita agar menjaga lisan serta peringatan agar tidak mengumbarnya dengan bebas tanpa kendali. Di antaranya adalah firman Allah subhanahu wata’ala, artinya,
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. 50:18)

Dan firman Allah subhanahu wata’ala yang lain, artinya,
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.” (QS. 18:49)

Maka orang yang berakal akan selalu memerangi nafsunya, dan selalu memikirkan ayat-ayat dan hadits tentang penjagaan lisan dari kesia-siaan, senantiasa mengutamakan dzikir sehingga dia akan terus disibukkan dengan sesuatu yang mendatangkan kebaikan di dunia dan di akhirat.

Memberikan Penghargaan kepada yang Berhak Mendapatkannya

Pilar ini tidak jauh dengan pilar keadilan dan obyektif ketika menyebut kan orang lain, akan tetapi yang dimaksudkan di sini adalah terbatas pada hal hal yang menjadi kekhususan dia dari orang selainnya. Karena di antara orang ada yang menonjol dalam ilmunya, ada pula dalam jihadnya, dalam dakwah dan selainnya.

Di antara contohnya adalah, Ubay bin Ka'ab adalah seorang ahli dalam al-Qur’an, ahli dalam tafsir yaitu Ibnu Abbas, ahli memutuskan perkara adalah Ali bin Abi Thalib, orang kepercayaan adalah Abu Ubaidah, ahli penunggang kuda adalah Khalid bin Walid ridhwanullah ‘alaihim, ahli dalam ilmu fiqih adalah Imam Malik, ahli dalam ilmu hadits adalah Ahmad bin Hanbal, ahli ibadah adalah Al-Fudail bin Iyadh, ahli Nahwu adalah Sibawaih rahimahumullah, dan lain sebagainya. Wallahu a’lam.

Sumber: “Manhaj Ahlus Sunnah fin-Naqdi wal Hukmi ‘alal Akharin”, Hisyam bin Ismail ash-Shiini, hal 67-74 dengan meringkas.
(Ibnu Djawari)

cara Menentukan Ramadhan Dengan Nifsu Sya'ban

Cara Menentukan Ramadhan Dengan Nifsu Sya’ban

Dalam tradisi ada disebut Nisfu Sya'ban, separuh Sya'ban" atau juga pertengahannya yaitu hari kelima belas Sya'ban bulan kedelapan, yang sesudah 15 hari kemudiannya pasti berlaku tanggal satu Ramadhan. Dalam susunan kalender yang berdasarkan orbit Bulan senantiasa Sya'ban memiliki 30 hari. Penanggalan Ramadhan saja yang mempunyai jumlah hari berbeda, 29 pada tahun biasa dan 30 padatahunkabisat.
Dengan pengetahuan tradisional demikian, mungkin juga sudah berlaku semenjak zaman Nabi Muhammad, maka setengah orang ada yang sengaja keluar rumah sewaktu maghrib pada tanggal 15 Sya'ban untuk memperhatikan status Bulan yang tampak terbit di ufuk timur. Sekiranya Bulan terbit sebelum Surya terbenam di ufuk barat maka malam itu dan siang besoknya adalah tanggal 14 bulan itu. Tetapi ingatlah bahwa kejadian ini hanya wajar dan pernah jadi tradisi bagi penduduk daerah Torrid Zone atau di daerah panas sekitar Ekuator. Tetapi ketika terbukti bahwa Bulan tampak terbit di ufuk timur sesudah Surya selesai terbenam di barat, maka malam itu dan siang besoknya adalah tanggal 15 Sya'ban dan 16 malam kemudian tentulah malam tanggal 1 Ramadhan. Itulah Rukyah wajar dan logis jika orang tidak memiliki kalender Qamariah jangka panjang. Melihat atau Rukyah Bulan pada tanggal 15 Sya'ban wajar sekali dilaksanakan di semua tempat kediaman pada daerah Ekuator keliling Bumi untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan 16 hari berikutnya, dan dapat dilakukan masyarakat Islam setiap tahun pada Nisfu Sya'ban, mereka tidak memerlukan biaya juga pejabat resmi, dan tidak pula usaha susah payah seperti yang dibutuhkan bagi Rukyah Hilal Bulan pada awal bulan Ramadhan. Walaupun Rukyah Nisfu Sya'ban tidak sesungguhnya tepat seluruhnya menurut perhitungan kalender tetapi halnya lebih benar dibanding dengan Rukyah Hilal.